Janji Perubahan
Simaklah iklan-iklan politik atau pun atribut kampanye yang ada saat ini. Parpol dan caleg selain menjajakan diri, juga menawarkan janji. Macam-macam janjinya, mulai dari menurunkan sembako, harga BBM atau pun memakmurkan masyarakat. Kalau soal ini boleh berbeda-beda, tapi ada bahasa mereka yang sama. Sama-sama menjanjikan perubahan.
Caleg atau pun parpol kita tak mau kalah dengan Barrack Husein Obama yang dalam setiap pidatonya selalu menjanjikan perubahan. Setiap iklan dibuat kata-kata yang bombastis yang berbau ajakan. Misalnya, saatnya berubah, pilih yang bisa membuat perubahan atau perubahan akan datang.
Baliho caleg juga sarat dengan kata-kata perubahan. Malah ditambah lagi dengan kata-kata lain yang bisa mengundang tawa. Banyak caleg yang menyebut dirinya profesional, intelektual, amanah, muda, pejuang buruh atau sebutan lain. Mereka menjanjikan bisa membuat perubahan jika terpilih.
Betapa aneh, masak caleg menilai diri sendiri. Harusnya yang menilai orang lain. Apakah benar caleg itu muda, profesional, amanah, pejuang buruh atau intelektual. Apanya yang mau diubah. Nasib caleg atau nasib masyarakat yang memilihnya. Hasrat menggebu menjadikan caleg-caleg itu tak realistis.
Tak hanya janji perubahan yang perlu diusik. Lihat juga gaya masing-masing caleg di atribut yang mereka pasang. Ada yang bergaya dai, bergaya pemikir seperti Plato, mengacungkan jari seperti orator atau pun meniru gaya pemain sepakbola.
Tak ada yang ada salah. Semua boleh-boleh saja. Duit, duit mereka. Kalau kalah, mereka juga menanggung. Termasuk kalau ada yang stres atau gila, tinggal dilarikan ke rumah sakit jiwa terdekat. Tak ada di Batam, ada di Pekanbaru. Siapa yang duluan ke sana ? **
Caleg atau pun parpol kita tak mau kalah dengan Barrack Husein Obama yang dalam setiap pidatonya selalu menjanjikan perubahan. Setiap iklan dibuat kata-kata yang bombastis yang berbau ajakan. Misalnya, saatnya berubah, pilih yang bisa membuat perubahan atau perubahan akan datang.
Baliho caleg juga sarat dengan kata-kata perubahan. Malah ditambah lagi dengan kata-kata lain yang bisa mengundang tawa. Banyak caleg yang menyebut dirinya profesional, intelektual, amanah, muda, pejuang buruh atau sebutan lain. Mereka menjanjikan bisa membuat perubahan jika terpilih.
Betapa aneh, masak caleg menilai diri sendiri. Harusnya yang menilai orang lain. Apakah benar caleg itu muda, profesional, amanah, pejuang buruh atau intelektual. Apanya yang mau diubah. Nasib caleg atau nasib masyarakat yang memilihnya. Hasrat menggebu menjadikan caleg-caleg itu tak realistis.
Tak hanya janji perubahan yang perlu diusik. Lihat juga gaya masing-masing caleg di atribut yang mereka pasang. Ada yang bergaya dai, bergaya pemikir seperti Plato, mengacungkan jari seperti orator atau pun meniru gaya pemain sepakbola.
Tak ada yang ada salah. Semua boleh-boleh saja. Duit, duit mereka. Kalau kalah, mereka juga menanggung. Termasuk kalau ada yang stres atau gila, tinggal dilarikan ke rumah sakit jiwa terdekat. Tak ada di Batam, ada di Pekanbaru. Siapa yang duluan ke sana ? **
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda