SUTAN MAKMUR

ciloteh dikala senggang

Foto Saya
Nama:
Lokasi: batam

Pekerja Media, Peminat Sejarah. Tinggal di Batam, Kepri.

Sabtu, 21 Maret 2009

Kampanye, Bisnis Pengerahan Massa Lesu


Musim kampanye terbuka telah tiba. Masing-masing partai politik mulai unjuk kekuatan. Mereka berusaha keras mengerahkan massa sebanyak-bayaknya. Jika perlu, mengorder massa dari penyedia jasa pengerahan massa. Lalu apakah bisnis ini masih dilirik oleh parpol peserta pemilu 2009 di Batam?
----------
”Anda butuh massa, hubungi nomor ini 0813XXXXXX”. ”Kalau membutuhkan massa, silahkan hubungi Lembaga Swadaya Masyarakat Singa Lapar, layanan terjamin”.

Begitulah bunyi kalimat spanduk dari sejumlah jasa pengerahan massa yang dipasang di sejumlah ruas jalan di Batam pada pemilu 2004 lalu. Bahkan, ada juga yang memberikan layanan pengerahan massa secara diam-diam. Bahkan, saat itu, tidak sulit mendatangkan massa yang banyak, asal ada uang, berapapun orang bisa didatangkan.

Tapi saat ini, meski sudah memasuki hari kedua kampanye terbuka, sejumlah penyedia jasa pengerahan massa, baik itu Organisasi Kepemudaan (OKP) atau LSM, masih sepi order.

Bahkan, beberapa diantaranya mengakui, kalau saat ini bisnis ini sedang lesu. Ada juga yang menilai masa keemasan jasa pengerahan massa sudah berlalu. ”Sekarang kalau pasang spanduk pun, siapa yang mau memesan,” kata Sekretaris MPC Pemuda Pancasila (PP) Kota Batam, Andi S Mukhtar, kemarin.

Ia menyebutkan, ada perbedaan yang mencolok kampanye pemilu 2004 dan pemilu 2009. Salah satunya, pengerahan massa yang menjadi pemandangan umum dalam pemilu 2004.
”Tahun 2004 yang namanya kampanye, identik dengan massa banyak di lapangan,” kata Andi, kemarin.

Saat itu, ia mengaku banyak diminta tolong oleh sejumlah parpol dan caleg untuk dicarikan massa. Mereka tak segan-segan mengiming-imingi dengan dana tertentu untuk mencarikan massa dalam jumlah yang besar. Massa itu tak hanya hadir pada kampanye satu partai, tapi juga ikut kampanye kalau ada parpol lain yang meminta.

Andi menilai, sistem suara terbanyak menyebabkan caleg fokus mensosialisasikan diri sendiri, ketimbang mempromosikan parpolnya. Caleg tersebut turun langsung ke masyarakat di daerah pemilihannya, dari pintu ke pintu. ”Kalau sekarang belum ada teman-teman pimpinan parpol dan caleg yang datang minta bantuan,” ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Ketua Ikatan Pemuda Barelang (IPB) Mulyadi yang. Menurutnya, OKP dan LSM banyak yang bermunculan dalam pemilu 2004. Jasanya banyak digunakan parpol untuk mencari massa dalam kampanye.
”Tak cuma OKP dan LSM. Organisasi paguyuban juga banyak keciprat rezeki dalam pemilu 2004,” kata Mulyadi, kemarin sore.

Ia menyebutkan, tak bergairahnya kampanye terbuka juga disebabkan caleg menilai sistem ini tak efektif lagi. Mereka enggan jor-joran mengeluarkan dana. Pimpinan parpol juga fokus pada sosialisasi dirinya pribadi di daerah pemilihannya.
”Kampanye pemilu 2009 terpanjang di dunia, hampir sembilan bulan. Butuh dana besar. Jadi saat kampanye terbuka, kurang gregetnya. Amunisi caleg banyak yang hampir habis,” ujarnya.

Sama dengan Andi, Mulyadi juga mengaku belum ada parpol dan caleg yang datang kepadanya untuk meminta bantuan dalam mencari massa.
”Kalau ada, kita siap mendatangkan. tapi sekarang belum ada tanda-tanda,” ujarnya.
Ia menilai, kampanye terbuka dalam pemilu 2004 berdampak positif karena membuka lapangan pekerjaan baru. Mereka yang tak punya pekerjaan atau pengangguran bisa diajak meramaikan kampanye. Tukang ojek atau pun pekerja sektor informal lain bisa mencari penghasilan tambahan.

Abdullah Yusuf, Ketua Ikatan Pemuda Muslim Flores juga mengakui kampanye pemilu kali ini kehilangan greget. Sebelumnya parpol berlomba untuk kampanye terbuka. Banyak terjadi pelanggaran karena parpol kampanye di luar yang dijadwalkan.
”Sekarang ada parpol yang diberikan kesempatan kampanye, malah menolak. Mereka tak berkampanye terbuka,” kata Sekretaris Gerakan Pemuda Kabah (GPK) Kota Batam ini.

Ditanya pengalamannya saat pemilu 2004, Abdullah menyebutkan, saat itu ia sangat sibuk karena banyak menolong teman-temannya yang aktif di parpol dan jadi caleg.
”Partai ini minta massa sekian, partai lain juga minta. Rezeki juga mengalir,” ujarnya.
Rencananya, ia ikut berkampanye bersama anggota saat giliran PPP melakukan kampanye terbuka. Itu pun kapasitasnya berbeda. Ia hadir sebagai Sekretaris GPK Batam.
“GPK kan underbouw PPP. Kewajiban kami memenangkan PPP.” kata Yusuf.

Baik Andi Mukhtar, Mulyadi dan Abdullah Yusuf juga punya pendapat yang sama. Dengan sistem suara terbanyak, masyarakat banyak yang terbantu. Caleg langsung datang ke masyarakat. Tak hanya manusia yang dieksploitasi tenaganya untuk datang kampanye dengan biaya tertentu.***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda