Karya Anak Batam
Batam menampilkan tiga produk Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam gelar TTG Nasional X di Semarang, 30 Oktober-4 November 2008.Tiga produk tersebut adalah alat pemberi ikan otomatis, komposter dan web attandance system.
Dinas Pemberdayaan Masyarakat (PMK) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah ( PMK KUKM) Batam mengajak penemu alat tersebut ke acara gelar teknologi ini. Alat pemberi ikan otomatis penemunya Rina Hetty Sitorus, alumni Politeknik Batam. Alat tersebut dikembangkan lagi oleh Abdullah Sani yang saat ini menjadi intruktur di labor Politeknik Batam. Sedangkan, komposter dibuat oleh Sonson, pelaku usaha kecil di Batam.
Dalam gelar TTG ini, stan Batam bergabung dengan daerah kabupaten/kota lainnya di Kepri, seperti Tanjungpinang, Bintan, Karimun, Natuna dan Lingga. Namun Batam yang terbanyak mengikutsertakan produk TTG. Natuna dan Bintan hanya satu produk. Tanjungpinang, Karimun dan Lingga memamerkan hasil kerajinan dan makanan.
Rina Hetty Sitorus yang menemukan alat pemberi ikan otomatis mengatakan, alat tersebut hasil karyanya saat menyelesaikan tugas akhir di D3 Politeknik Batam jurusan Teknik Elektronik awal tahun 2008 lalu.
”Saya yang menemukan, tapi dikembangkan Pak Sani dan Sumatri, dosen Poltek Batam,” ujarnya.
Menurut Abdullah Sani yang mengembangkan alat ini, kelebihan alat yang harganya sekitar Rp800-an ribu ini adalah dapat memberi makanan ikan secara otomatis dan pemiliknya tak perlu khawatir lupa memberi makan ikan. Pasalnya, alat secara otomatis memberi makan ikan dengan sendiri karena sudah diprogram.
Selain itu, alat ini menggunakan sumber tenaga dari baterai kering sehingga jika listrik mati alat ini masih berfungsi. Baterainya 12 VDC. ”Kita gunakan real time clock sehingga waktunya akurat. Alat ini juga dapat menyimpan memori memberi makan ikan sampai 30 tahun,” kata alumni Politeknik Batam ini.
Komposter atau alat pembuat kompos diciptakan Sonson tahun 2007 lalu. Alatnya terbuat dari mesin cuci rusak yang diolah menjadi alat pembuat kompos. Cara pembuatan komposnya bisa elektrik dan manual.
”Batam sangat menjanjikan. Banyak sekali alat elektronik bekas yang tak terpakai. Saya pakai mesin cuci,” kata Sonson.
Kata Sonson, komposter dengan sistem elektrik harganya sekitar Rp1,4 juta, sedangkan manual Rp500 ribu. Pupuk kompos sudah jadi dalam waktu lima hari dengan sistem elektrik dan tujuh hari kalau pakai sistem manual. ”Komposter ini sudah banyak dipesan orang. Di Batam ada sekitar 500-an unit,” kata laki-laki asal Jawa Barat ini.
Satu lagi alat yang ditampilkan adalah web attandance system. Alat ini dapat digunakan untuk absensi di perusahaan atau sekolah. Pemilik ID card cukup mendekatkan ke web attandance, ID card tercatat. Apabila sesuai, alat akan menyimpan jam dan tanggal saat IC card masuk.
”ID card jadi multifungsi. Tak hanya kartu pengenal, tapi juga untuk absensi. Politeknik Batam sudah pakai sistem ini,” kata Abdullah Sani, instruktur labor Politeknik Batam.
Dalam Gelar TTG X yang dibuka presiden Susilo Bambang Yudhoyono,Kamis (30/10) terdapat 385 stan yang memamerkan produk-produk berteknologi tepat guna dari tiap provinsi. Produk yang ditampilkan daerah lain, antara lain kompor bioetanol, pembangkit listrik tenaga angin, alat penggiling padi dan traktor.
Pesertanya terdiri atas tujuh departemen, lembaga penelitian, perguruan tinggi (PT), kelompok masyarakat, 33 provinsi se-Indonesia, BUMN, BUMD, dan dunia usaha.***
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda